BUKU TEKS
Bunga mimpi di taman dalail
Deskripsi Buku
Membicarakan mimpi-mimpi ini, tentu saja, berguna jika kita percaya bahwa masih ada yang tersisa ketika seseorang telah pergi untuk selamanya, entah itu ruhnya, entah itu karyanya, entah itu jejak kebaikannya. Lihat saja petak tanah yang ditempati orang yang baik. Setiap kali mereka berdoa, seperti di saat hajatan atau selamatan, sohibul hajat selalu menyelipkan doa untuk si muasal pemilik tanah dan para pendahulu si pemilik tanah. Tapi, jika tanah itu berubah menjadi… ah, sudahlah. Tanah saja didoakan, apalagi orangnya. Namun, jika kita tidak percaya lagi pada yang tersisa dari seseorang setelah wafatnya, tampaknya, daun-daun yang gugur masih lebih beruntung dari pada manusia, sebab mereka hancur lalu menjadi humus, sedangkan kita menjadi apa?
Dari pengalaman ini, saya katakan:
Wahai para suami, janganlah kalian berlaku keras terhadap para wanita, lebih-lebih kepada para istri. Karena jika begitu, setelah mati, kalian hanya akan jadi candaan murah ibu-ibu muda saat mereka ngerumpi, betapa simpel dan tidak bergunanya hidup! Sayangi mereka dengan niat menyayangi belahan jiwa. Mereka adalah madrasah sejati tempat anak-anak kalian dititipkan. Di sanalah anak-anak Anda sekalian menerima pelajaran pertama tentang kehidupan.
Sekarang, Nyai Makkiyah telah pergi, meringkus semua kecantikan, ketabahan, dan fantasi seorang suami akan profil istri yang didambakan, lalu dibawanya hingga tak tersisa. Dia hanya meninggalkan beberapa potong baju setelah yang lain dihibahkan sebelum wafat, menyisakan sedikit sekali uang karena yang lain telah didermakan dan sebagian lagi masih dipinjamkan. Tapi, ada satu yang abadi: Dia menyisakan kisah-kisah panjang kecintaannya kepada Kanjeng Nabi Muhammad saw dan itu tidak pernah disampaikannya secara verbal manakala ia masih hidup, tapi justru habis-habisan dikabarkannya setelah wafat, melalui mimpi-mimpi. Seakan-akan, ia ingin menjadi salah satu duta Dalail-nya Imam Muhammad ibnu Sulaiman al-Jazuli.
Saya tahu dan sadar, dia telah pergi. Akan tetapi, mengingat pesan dan kesannya pada sahabat, jejak dan bayangnya dalam impian, ini semua rasanya meninggalkan satu kesaksian: Makkiyah tak pernah mati!
Tidak tersedia versi lain