KONTEN MADURA
Orang Madura tak mati lagi : roman sapi dan wanita
Sebagaimana tanah dan tembakau, bagi sebagian orang madura, sapi kerapan merupakan simbol kemuliaan. Semakin jawara sang sapi yang berbulu coklat agak kemerahan itu, semakin agung jugalah pemiliknya. Itulah yang dilakoni buk Mariam, janda kak sappak yang diwarisi sepasang sapi kerapan bergelar ponca langngik (puncak langit). Pengorbanan buk mariam yang memiliki pembantu setia bernama maksan yang balater tak sia-sia. Ponca langngik berkaili-kali keluar sebagai juara dalam berbagai lomba kerapan sapi yang angat bergengsi. Namun, tanpa disadari, kegemilangan sapi kerapan itu sekaligus menghantarkan alur cinta dan citra kewanitaan buk mariam ke dunia yang hedonis, abangan dan sekaligus balater.
Buk mariam pun ketiban sampur hidup menjadi tandak (tledek), simpanan banyak lelaki, selain tentu saja hidup seatap tanpa ikatan pernikahan dengan maksan yang selicin ular. Dunia yang hiruk-pikuk, bertaburkan uang dan cekikikan menyelimuti buk mariam. Hingga "tiitk-balik" itu muncul dan menyentakkannya dari lembah balater itu..
Saat itulah ia berjuang untuk mengembalikan khittabnya sebagai waniyta madura. Dan sebagaimana kebanyakan orang madura pula, buk mariam akhirnya memantapkan diri untuk mengajak maksan menunaikan ibadah haji sebagai penebus dosanya.
Tidak tersedia versi lain