KONTEN MADURA
Perlawanan penguasa Madura atas hegemoni Jawa : Relasi Pusat-daerah pada periode akhir Mataram (1726-1745)
Masalah-masalah antara pusat dan daerah merupakan masalah yang sangat esensial bagi keberadaan suatu negara atau kerajaan. Apalagi bagi kerajaan besar seperti Mataram (Islam) pada abad XVI-XVIII. Hubungan itu di anggap penting karena sangat menentukan stabilitas pekerjaan, Disharmoni hubungan menyebabkan terjadinya instabilitas,konflik, bahkan perang saudara antara pemerintah pusat dengan daerah kekuasaannya yang mengancam keberadaan kerajaan itu sendiri. Apalagi pada abad XVIII belum dikembangkan ideologi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sebagai kerajaan patrimonial-prebendal, Mataram menggunakan model kehidupan keraton, struktur wilayah, dan struktur birokrasi untuk merajut kehidupan sosial budaya. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan, raja-raja Mataram bergantung kepada sumber ekonomi dan militer daerah. Dalam hal ini unsur birokrasi dan militer merupakan pihak yang mampu mengakses sumber-sumber kekuasaan. Sebaliknya bagi penguasa,unsur tersebut menjadi instrumen dalam menjamin kepentingannya. Pada sisi lain unsur-unsur wilayah pada kondisi ekonomi mencerminkan tingkat eksploitasi yang dilakukan raja. Penguasaan akses dilakukan melalui jaringan perkawinan loyalitas,patronase, dan keluarga dengan memperebutkan posisi strategis, misalnya bupai. Perebutan tersebut selanjutnya memunculkan jaringan (network) dan klik dilingkungan birokrasi dan kelompok-kelompok sosial di Mataram.
Tidak tersedia versi lain