Kumpulan puisi "Celurit Emas" pertama kali dibacakan penyairnya di Bentara Budaya, Yogyakarta dan Sasonomulyo, Solo pada pertengahan Juni 1984. Kemudian dibacakan lagi di Taman Ismail Marzuki pada 22 Desember 1984. Pembacaan puisi tersebut mendapat sambutan yang baik dari media dan para penikmat sastra. setelah diterbitkan sebagai buku oleh Penerbit Bintang 9 Surabaya pada tahun 1986, dalam re…
Kunjungan D zawawi Imron ke Negara Belanda pada tahun 2002 telah mengilhaminya utnuk menulis sajak-sajak tentang negeri itu. Namun, sajak-sajaknya tidak mengesankan bahwa ia larut dan menjadi belanda. Di sana ia justru menemukan cinta tanah air dengan lebih segar. melihat patung tokoh-tokoh kolonial yang pernah berkuasa di Indonesia, ia teringat moyangnya yang dikerahkan untuk bekerja rodi dan …
Air terisak membelah batu boleh dikatakan "saudara kembar" kedua buku terdahulu. Citraan alam yang dibangun lewat penghayatan dan metafor yang jernih, berhasil mendayagunakan makna, baik bersifat sosial maupun transdental. Dalam kedapatan ungkapan, tersimpan renungan yang dalam. Namun berbeda dari dua saudaranya, antologi ini bertahan bertahun-tahun di laci meja penyairnya. Tentu saja ada al…
Pembuka Langit dimana-mana Bahkan Batupun ingin berbunga Tak ada pemimpin di atas sepotong roti Nyanyian Kabut Pembawa Matahari Meditasi
objek-objek yang kelihatannya berjauhan sifat dan hakikatnya itu dikondensasikan dalam satu banyangan tunggal. Dalam keadaan demikian, pembaca yang tidak mampu merunut pembentukan citraan simboik akan terganggu pemaknaannya meskipun pembaca yang bersangkutan cukup tercekam dengan pesona imaji surealistis itu. Bahasa puisi Zawawi dalam kumpulan ini seperti bahasa orang ngobrol. Tidak ada kata-…
Kumpulan puisi Mengaji Bukit Mengeja Danau ini adalah karya D. Zawawi Imron yang ditulisnya selama sebulan bermukim di Aie Angek. Penyair ini produktif sekali, 110 puisi ditulisnya dalam 30 hari.
Dalam peta perpuisian Indonesia modern, puisi Zawawi memiliki keunggulannya sendiri. Sejak awal kemunculannya seakan ia tidak peduli terhadap gaya bahasa atau mode kepuisian tertentu. Namun, ia lebih mengandalkan kekuatan momen-momen puitis yang digarapnya. Dan meskipunmomen puitis atau pervikan permenungan yang diolah itu terkesan "sembarangan" (dipungut dari bermacam peristiwa kecil-kecil yan…
Banyak sekali ingtan sejarah, peristiwa sosial yang kompleks dan tumpang tindih, pengalaman yang religius dan misikal yang seolah-olah membentuk ornamen arabesque yang unik, kenangan masa kanak-kanak yang indah dan getir. semua dapat menjelma pengalaman estetik yang mungkinkannya dialihsuai menjadi ungkapan-ungkapan puitik yang mendatangkan keriangan spiritual.
mengembangkan kesusastraan berarti juga membangun keseimbangan dan keselarasan alam pembangunan kebudayan. Melaui sastra, manusia dapat menghargai kehidupan. Penghayatan terhadap sastra dan kemajuan teknologi merupakan dua hal yang harus isi mengisi untuk mencapai keseimbangan dan keselarasan dalam pembangunan kebudayan suatu bangsa. Namun realitas dilapangan justru sangat memprihatinkan, apal…
Sepatah kata tentang puisi 1. Pelude 2. Nyanyian seorang petani 3. Sajak samar 4. Sarangan 5. Kalianget 6. Bangun 7. Pelabuhan banyuwangi 8. Engkau menunggu kemarau 9. Angin mendesir lagi 10. Sajak kabur 11. Dan bajumu 12. Malam laut 13. Bangku-bangku taman 14. Ensoi 15. Langit dimana-mana 16. Ruh 17. Madura 18. Pertemuan 19. Mikraj 20. Baitil makdis pada malam israk..