KONTEN MADURA
Refrein di sudut dam
Kunjungan D zawawi Imron ke Negara Belanda pada tahun 2002 telah mengilhaminya utnuk menulis sajak-sajak tentang negeri itu. Namun, sajak-sajaknya tidak mengesankan bahwa ia larut dan menjadi belanda. Di sana ia justru menemukan cinta tanah air dengan lebih segar. melihat patung tokoh-tokoh kolonial yang pernah berkuasa di Indonesia, ia teringat moyangnya yang dikerahkan untuk bekerja rodi dan tanam paksa. Ia ingat pala dan cengkeh yang diangkut VOC ke Eropa. Sejenis kesakitan sejarah akibat kolonialisme dan imperialisme menderanya. Namun,sebagai tamu ia tetap menjadi juru bicara nurani yang baik. Ia tidak mengabadikan kebencian,meskipun mengutuk penindasan. Ia mengagumi salju dan musim dingin serta gairah hidup di negeri orang. Di sana, dengan lebih berendang ia menemukan diri sebagai mahluk, sebagaimana ia tulis; alangkah sulit menyentuhkan dahi ketanah yang sering diinjak kaki.
Tidak tersedia versi lain